J.A.T.I. Profile: Bunyi Pranandra


Nama: Bunyi Pranandra

Panggilan: Bunyi

Usia: 19 Tahun

Lahir: Yogyakarta, 7 November xxxx

Agama: Kristen Katolik

Status: Jomlo

Pekerjaan: Mahasiswa

Domisili: Depok, Jawa Barat

Hobi: Belajar, Kuliner, Tidur


Latar Belakang:

Bunyi Pranandra, dipanggil oleh keluarga dan teman-temannya dengan nama Bunyi. Pemuda 19 tahun kelahiran Yogyakarta yang sedang berstatus sebagai mahasiswa Universitas Indonesia.

Bunyi memiliki kepribadian yang aneh, yaitu tak punya ekspresi dan emosi. Sikap itu muncul setelah sang kakek meninggal dunia saat dirawat di rumah sakit. 

Sebelum meninggal, kakek Bunyi sempat tertawa bahagia lalu ia terlihat seperti orang tersiksa di depan mata keluarganya hingga akhir hayatnya.

Ibunda dan tante Bunyi menganggap sang kakek meninggal karena serangan stroke berat.

Namun berbeda dengan Bunyi. Sesaat sebelum kakeknya meninggal, ia melihat sesosok makhluk astral berwujud mengerikan yang sedang menyiksa kakeknya.

Bayang-bayang makhluk menyeramkan itu masih terus menghantui pikiran Bunyi hingga ia mengikuti pesan sang kakek semasa hidup.

Sang kakek pernah bercerita kepada Bunyi bahwa selama ini ia dihantui oleh kutukan makhluk astral yang bisa membunuhnya dan keturunan laki-lakinya sejak zaman ayah kakek buyutnya.

Kebetulan, kakek Bunyi memiliki dua anak perempuan. Ibunda dan tantenya Bunyi. Kedua anak tantenya, adik sepupu Bunyi adalah perempuan. Bunyi pun menjadi satu-satunya keturunan laki-laki di keluarga kakeknya dan ia adalah anak tunggal.

Satu-satunya cara untuk bertahan hidup dari kutukan adalah dengan membuang emosi di dalam hati dan ekspresi wajah. Hal itulah yang selama ini dilakukan kakek Bunyi hingga ia dianggap aneh dan gila oleh beberapa teman dan keluarga, termasuk anaknya, ibunda Bunyi.

Namun ayah Bunyi, menantu sang kakek, percaya bahwa ada sesuatu yang mengikuti ayah mertuanya. Sayangnya ayah Bunyi sangat penakut dengan hal-hal gaib dan tak berani memecahkan masalah mertuanya. 

Setelah sang kakek meninggal, Bunyi sering melihat siluet makhluk astral di dekatnya yang membuat napasnya berat dan ia selalu merasa kepanasan. Bunyi pun mulai belajar membuang emosi dan ekspresi setelah lulus SD. Kondisi tubuhnya membaik setelah itu.

Ibunda Bunyi sering menegur dan memarahi Bunyi ketika anaknya bersikap seperti sang kakek. Namun ayah Bunyi mendukung sikap Bunyi karena ia percaya putranya hanya bisa selamat dari marabahaya kutukan makhluk astral dengan cara seperti itu.

Sayangnya, sikap Bunyi itu kerap membuat orangtuanya diterpa komentar miring dari tetangga, keluarga besar, bahkan guru dan kepala sekolah Bunyi. Teman-teman sekolah dan rumah Bunyi pun banyak yang menjauhinya gara-gara sikap aneh Bunyi.

Percekcokan gara-gara masalah itu membuat orangtua Bunyi bercerai saat anak mereka masih SMP. 

Selama SMP, Bunyi tinggal bersama ayahnya di Yogyakarta.

Namun saat kelas 2 SMA, sang ayah menikah lagi. Bunyi pun tinggal bersama ibunya.

Lantaran Bunyi adalah anak yang cerdas dan selalu berprestasi di sekolah, ibunda Bunyi kadang masih bisa membanggakan dan memuji putranya meskipun ia tetap kesal dengan sikap anaknya yang mirip sang kakek.

Lulus SMA, Bunyi diterima di Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat.

Usulan kuliah di UI datang dari ibunda yang mendapatkan pekerjaan baru di Jakarta. Bunyi yang penurut pun mengikuti permintaan ibunya.

Sejak kuliah, Bunyi tinggal dengan ibunya di rumah dengan lingkungan mayoritas muslim sederhana di salah satu wilayah di Depok yang berbatasan dengan Jakarta. Sang ibunda sering bepergian ke luar kota karena pekerjaannya.

Selama kuliah, Bunyi mengikuti komunitas pembahasan gaib demi bisa memecahkan masalah kutukan dalam dirinya.

Pada suatu hari, salah satu temannya menjelaskan fenomena yang membuat Bunyi terinspirasi untuk melawan kutukan dalam dirinya dengan menggabungkan sains dan gaib sekaligus.

Bunyi lalu teringat perkataan ayahnya bahwa sang kakek meninggalkan warisan teknologi pembasmi kutukan yang masih belum selesai. Lokasi teknologi itu berada di gudang bawah tanah rumah kakeknya di Yogyakarta yang belum laku-laku karena dikenal sangat angker.

Saat musim liburan semester tiba, Bunyi pun bertolak ke Yogyakarta demi bisa melenyapkan kutukan dari makhluk astral yang diketahui bernama.... (TBA)

Created by: Riantrie, 2022

Komentar