Misi Ahya dan Tresna di Bali - Part 1 / 2: Operasi Penumpasan Jaringan Empat Naga


Misi Ahya dan Tresna di Sungai Ayung, Bali

Part 1: Operasi Penumpasan Jaringan Empat Naga


BRIEFING - MARKAS SINGADWIRYA BALI

Suasana Ruang Briefing

Ruangan briefing di markas Singadwirya Bali terasa dingin pagi itu, meski udara Bali cukup hangat. Ahya Halimah duduk dengan postur tegak, hijab hijau mudanya rapi menutupi rambut panjang, mata coklat gelapnya menatap serius ke layar proyektor. Di seberangnya, Ni Putu Tresna duduk dengan santai tapi waspada, rambut hitam panjangnya dikepang tradisional Bali, mengenakan kemeja putih lengan panjang dan celana kargo.

"Intelijen menunjukkan aktivitas mencurigakan di sepanjang aliran Sungai Ayung," jelas Komandan briefing sambil menunjuk peta digital. "Empat Naga menggunakan sungai sebagai jalur penyelundupan narkoba dan senjata ilegal."

Ahya mengangkat tangan. "Perkiraan jumlah musuh?"

"Perkiraan intelijen sekitar 8-12 orang. Operasi penyusupan sederhana."

Tresna menyeringai kecil. "Gampang banget. Kita berdua bisa tangani itu."

Percakapan Sebelum Berangkat

Setelah briefing selesai, Ahya dan Tresna berjalan bersama menuju area persiapan peralatan.

Ahya: "Tresna, kamu yakin ini cuma operasi sederhana? Aku punya firasat nggak enak."

Tresna: (sambil mengecek rantai fire dancer-nya) "Ahya, kamu mikir terlalu banyak. Intelijen bilang cuma belasan orang. Kita udah jalanin misi yang lebih sulit dari ini."

Ahya: (menyentuh selendang hijau zamrudnya) "Ya sih... tapi tetep aja, kita harus waspada. Bismillah, semoga lancar."

Tresna: (tersenyum hangat) "Om Swastiastu. Ida Sang Hyang Widhi pasti melindungi kita. Lagipula, kamu bisa terbang, aku bisa bakar mereka. Kombinasi yang sempurna!"



Ahya tersenyum melihat optimisme Tresna, tapi rasa tidak enak di hatinya belum hilang sepenuhnya.

Ahya: "Oke, tapi kita tetap ikuti rencana ya. Pengintaian dulu, baru serangan."

Tresna: "Sepakat. Eh tapi kalau situasi genting, kita langsung serang aja ya? Nggak usah terlalu banyak mikir."

Ahya: (mengerutkan dahi) "Tresna..."

Tresna: (tertawa ringan) "Bercanda! Aku akan ikut rencanamu, Ahya. Kamu kan senior JATI."


PERJALANAN KE LOKASI

Di Kendaraan Menuju Sungai Ayung

Mereka naik jeep Singadwirya menuju area Sungai Ayung. Tresna yang menyetir tampak santai, sesekali bersenandung lagu tradisional Bali. Ahya duduk di samping, mengecek komunikator dan mempelajari peta area operasi.

Tresna: "Ahya, kamu tegang banget. Santai dikit kek."

Ahya: "Aku nggak tegang. Cuma... berhati-hati."

Tresna: "Bedanya tipis," (menyeringai) "Udah berapa kali kamu cek komunikator itu? Lima belas kali dalam sepuluh menit."

Ahya: (sedikit tersinggung) "Aku cuma memastikan semuanya berfungsi dengan baik."

Tresna: "Coba deh, aku ngerti kamu orang Aceh yang... gimana ya... lebih serius gitu. Tapi kadang kamu perlu percaya sama insting dan biarkan aja mengalir."

Ahya: (menatap Tresna) "Dan kamu orang Bali yang terlalu santai. Kadang kamu perlu mikir sebelum bertindak."

Tresna: (tertawa keras) "Touché! Makanya kita tim yang sempurna. Kamu yang rencana, aku yang aksi."



Ahya: (tersenyum tipis) "Asal jangan aksi dulu sebelum rencana selesai."

Tresna: "Janji. Tapi kalau mereka serang duluan, aku nggak bakal tunggu rapat perencanaan ya."

Tiba di Area Operasi

Mereka parkir jeep sekitar 2 km dari target area, di tempat yang tersembunyi di antara pepohonan bambu.

Ahya: (mengecek selendangnya) "Tes komunikasi. Kamu dengar aku?"

Tresna: (menyentuh earpiece) "Jelas banget, rekan."

Ahya: "Kita pisah untuk pengintaian. Kamu survey dari selatan, aku dari utara. Titik temu di bendungan kecil dalam 30 menit."

Tresna: "Siap. Hati-hati, Ahya. Dan jangan terlalu jauh terbang, biar nggak kelihatan musuh."

Ahya: "Kamu juga hati-hati. Dan jangan nyalain api kecuali darurat."

Tresna: (menyeringai nakal) "Jelaskan apa itu darurat."

Ahya: (menatap serius) "Tresna..."

Tresna: "Oke oke, aku ngerti. Tidak ada api kecuali benar-benar perlu."


FASE PENGINTAIAN

Ahya - Survey Udara

Ahya melayang sekitar 50 meter di atas permukaan air, selendang hijau zamrudnya berkilau lembut di bawah sinar matahari sore. Dari ketinggian ini, dia bisa melihat keseluruhan area dengan jelas.

Ahya: (berbisik ke komunikator) "Tresna, ini aneh. Aku lihat lebih banyak orang dari perkiraan intelijen."

Tresna: (suara dari earpiece) "Berapa?"

Ahya: "Minimal 20 orang. Dan mereka bersenjata lengkap. Ini bukan operasi penyelundupan biasa."

Tresna: "Sial. Kita salah perkiraan."

Ahya: "Dan ada yang lebih aneh lagi. Mereka kayak... menunggu sesuatu. Formasi mereka bertahan banget."

Tresna - Survey Darat

Di sisi selatan, Tresna bergerak dengan hati-hati di antara bebatuan dan vegetasi tepi sungai. Rantai fire dancer-nya tersimpan rapi, tapi siap digunakan kapan saja.

Tresna: (berbisik) "Ahya, aku lihat mereka punya peralatan yang canggih banget. Ini bukan operasi amatiran."

Ahya: "Kamu lihat apa?"

Tresna: "Alat komunikasi, night vision, bahkan ada yang kayak... pendeteksi energi atau apalah itu."

Ahya: (mulai khawatir) "Pendeteksi energi? Mereka tau kita datang?"

Tresna: "Mungkin. Dan Ahya... mereka nggak cuma bersenjata. Beberapa dari mereka... bergerak nggak wajar."

Ahya: "Maksudnya?"

Tresna: "Kayak diperkuat. Lebih cepat, lebih kuat. Kemungkinan pengguna Batu Langit."

Titik Temu - Bendungan Kecil

Mereka bertemu di bendungan kecil yang ditumbuhi lumut dan tanaman air. Suasana semakin tegang.

Ahya: (mendarat dengan lembut) "Situasinya jauh lebih buruk dari yang kita perkirakan."

Tresna: (wajah serius untuk pertama kali) "Aku setuju. Ini jebakan."

Ahya: "Kita harus mundur dan lapor ke markas."

Tresna: (menggeleng) "Terlambat. Lihat ke atas."

Ahya mendongak dan melihat ada 3 drone kecil mengawasi mereka dari atas.



Ahya: "Sial. Mereka udah deteksi kita."

Tresna: "Dan lihat ke belakang."

Ahya menoleh dan melihat gerakan di semak-semak. Mereka sudah dikepung.

Tresna: (menarik rantainya) "Jadi bisa dilupakan misi siluman."

Ahya: (mengaktifkan selendang) "Rencana B. Kita tembus keluar."

Tresna: "Akhirnya! Aku udah bosen jadi orang baik-baik."


PERTEMPURAN DIMULAI

Serangan Pertama

Tiba-tiba, tembakan sniper bersiul melewati telinga Ahya. Mereka langsung mengambil perlindungan di balik bendungan beton.

Ahya: "Penembak jitu! Arah jam 2!"

Tresna: (menyalakan api di ujung rantainya) "Biar aku yang tangani!"

Tresna melempar rantai apinya dengan akurasi tinggi. Api menjalar cepat menuju posisi sniper, memaksa dia pindah posisi.

Ahya: (terbang rendah) "Tembakan bagus! Aku tangani yang dari kiri!"

10 Menit Pertama - Masih Terkendali

Ahya terbang dengan lincah, menggunakan selendangnya untuk menyerang musuh dari sudut yang tidak terduga. Gerakannya elegan tapi mematikan.



Tresna: (sambil bertarung) "Ahya, mereka koordinasi banget! Ini bukan preman sembarangan!"

Ahya: (sambil menghindari tembakan) "Aku tau! Formasi mereka tingkat militer!"

Tresna bergerak di darat dengan rantai apinya berputar-putar, menciptakan barikade api yang efektif menghalau musuh mendekat.

Tresna: "Berapa yang udah jatuh?"

Ahya: "Lima dari sisi aku, empat dari sisimu. Masih banyak!"

20 Menit - Situasi Memburuk

Musuh terus berdatangan. Yang mereka kira 8-12 orang ternyata lebih dari 20, dan sepertinya masih ada lagi.

Ahya: (suara mulai terengah) "Tresna, kita harus pindah! Posisi ini nggak bisa dipertahankan!"

Tresna: (sambil mengelak serangan) "Pindah kemana? Mereka ada di mana-mana!"

Ahya: "Ke arah bendungan besar! Tempat yang lebih tinggi!"

Tresna: "Siap! Lindungi aku!"

Ahya terbang lebih tinggi, menggunakan selendangnya untuk menciptakan angin kencang yang mengacaukan bidikan musuh. Tresna berlari dengan cepat, rantai apinya membakar jalur di depannya.

30 Menit - Kewalahan

Di bendungan besar, mereka mengambil posisi bertahan. Tapi musuh semakin banyak dan semakin agresif.

Tresna: (napas berat) "Ahya, berapa banyak sih mereka?"

Ahya: (sambil menyerang dari udara) "Aku udah hitung lebih dari 25! Dan yang baru datang kayaknya lebih kuat!"

Tresna: "Pasukan elite?"

Ahya: "Kemungkinan besar!"



Tiba-tiba, salah satu musuh melompat dengan ketinggian yang tidak normal, hampir mencapai Ahya yang sedang terbang.

Ahya: (terkejut) "Sialan! Pelompat super!"

Tresna: "Pengguna Batu Langit!"


PERTEMPURAN MENCAPAI KLIMAKS

Musuh Elite Muncul

Lima orang dengan kemampuan supernatural muncul. Satu bisa melompat tinggi, satu bisa bergerak super cepat, satu punya kekuatan super, satu bisa mengeluarkan energi listrik, dan satu lagi bisa menciptakan perisai energi.

Ahya: (mulai panik) "Tresna, ini jauh melampaui kemampuan kita!"

Tresna: (tetap bersemangat bertarung) "Kita bisa lakukan ini! Cuma perlu lebih pintar!"

Ahya: "Pintar gimana? Mereka lebih banyak dan lebih kuat dari kita!"

Tresna: "Percaya sama aku! Aku punya ide!"

Strategi Putus Asa Tresna

Tresna: "Ahya, aku akan buat badai api besar! Kamu terbang tinggi-tinggi dan tunggu saatnya!"

Ahya: "Tresna, itu terlalu berbahaya! Kamu bisa kehabisan tenaga!"

Tresna: "Nggak ada pilihan! Lakukan aja!"

Tresna mulai berputar dengan kedua rantainya, menciptakan pusaran api yang semakin besar dan panas.

Tresna: (berteriak keras) "Om Swastiastu! Ida Sang Hyang Agni, berikan aku kekuatan!"

Api membesar menjadi tornado api setinggi 10 meter. Musuh-musuh mundur ketakutan.

Ahya: (dari atas) "Tresna, luar biasa! Tapi jangan terlalu lama!"

Serangan Balik Musuh

Tapi musuh dengan perisai energi berhasil melindungi timnya dan mereka menyerang balik dengan koordinasi sempurna. Ahya yang sedang fokus melihat Tresna tidak menyadari sniper yang mengambil posisi baru.

BANG!

Peluru sniper mengenai selendang Ahya, membuatnya kehilangan kendali dan jatuh ke bebatuan di tepi sungai.

Ahya: (berteriak kesakitan) "AAAAHHH!"

Tresna: (panik) "AHYA!"

Tornado api Tresna langsung hilang karena konsentrasinya buyar. Dia berlari menuju Ahya yang terjatuh.

Ahya Terluka Parah

Ahya terbaring di antara bebatuan, tubuhnya bergetar kesakitan. Punggung bawahnya menghantam batu besar, tulang rusuk kiri terasa retak karena benturan, dan perutnya kena tendangan keras dari musuh yang langsung menyerang saat dia jatuh.

Tresna: (berlari sambil membakar musuh yang menghadang) "Bertahan, Ahya! Aku datang!"

Ahya: (suara lemah) "Tres... na... aku nggak... bisa gerak..."

Tresna: (sampai di sisi Ahya, panik) "Oh tidak tidak tidak... Ahya, tetap bersamaku!"

Perlawanan Terakhir Tresna

Dengan Ahya yang terluka parah, Tresna harus melawan sendirian. Dia berdiri melindungi di depan Ahya yang terluka.

Tresna: (mata berapi-api, secara harfiah) "Kalian nggak akan sentuh dia!"

Tresna mengeluarkan semua kekuatannya. Api dari kedua rantainya menyatu menjadi cambuk api raksasa. Dia bergerak seperti penari yang mematikan, setiap gerakan menghasilkan serangan api yang tepat sasaran.

Tresna: (berteriak) "Ini tanah leluhurku! Kalian nggak punya hak di sini!"

Tapi tubuhnya mulai kelelahan. Menghadapi 20+ musuh sendirian sambil melindungi Ahya yang terluka melampaui batas kemampuannya.

Saat-saat Tersulit

Ahya: (berbisik lemah) "Tresna... tinggalkan aku... selamatkan dirimu..."

Tresna: (sambil terus bertarung) "Diam! Aku nggak akan ninggalin kamu!"



Ahya: "Tolong... kamu nggak bisa... melawan mereka semua..."

Tresna: (air mata mulai mengalir) "Aku nggak peduli! Kita rekan! Kita tetap bersama!"

Tapi situasi semakin tanpa harapan. Tresna sudah kelelahan, Ahya tidak bisa bergerak, dan musuh semakin mendekat dengan percaya diri.

Bantuan Tiba

Tepat saat situasi paling putus asa, suara helikopter terdengar dari kejauhan. Tim cadangan Singadwirya akhirnya tiba setelah kehilangan kontak radio dengan mereka.

Pilot Helikopter: (lewat speaker) "Ini Elang Satu! Kami datang menyerang!"

Tembakan dari helikopter membuat musuh-musuh Empat Naga mundur dan akhirnya kabur.

Tresna: (jatuh terduduk dari kelelahan) "Terima kasih... Ida Sang Hyang Widhi..."

Ahya: (hampir tidak sadar) "Tresna... kamu... baik-baik saja?"

Tresna: (merangkak ke arah Ahya) "Aku baik-baik saja... bagaimana denganmu?"

Ahya: "Aku nggak bisa... rasain kakiku... dan dadaku... sakit banget..."

Tresna: (panik) "Medis! Kita butuh medis!"


KESIMPULAN PART 1

Misi di Sungai Ayung menjadi titik balik dalam hubungan Ahya dan Tresna. Yang dimulai sebagai operasi sederhana berubah menjadi pertarungan hidup mati melawan pasukan elite Empat Naga.

Pelajaran yang Dipetik:

  1. Intelijen yang salah bisa berakibat fatal
  2. Kemitraan sejati diuji dalam situasi tersulit
  3. Kesetiaan lebih penting dari keselamatan diri
  4. Kepercayaan diri berlebihan berbahaya dalam misi

Dampak untuk Ahya:

  • Cedera parah di tulang rusuk, punggung, dan perut
  • Kemampuan supernatural terancam rusak permanen
  • Trauma fisik dan psikologis yang mendalam

Dampak untuk Tresna:

  • Rasa bersalah yang mendalam
  • Komitmen yang semakin kuat pada persahabatan
  • Pemahaman baru tentang tanggung jawab sebagai rekan

Ikatan persahabatan mereka telah teruji dalam api pertempuran. Kini mereka harus menghadapi tantangan baru: mencari cara untuk memulihkan kemampuan Ahya yang terancam hilang selamanya.

Bersambung ke Part 2: Treatment Spiritual dan Transformasi


Ide cerita, nama karakter oleh Riantrie

Desain visual di-generate oleh AI, belum menjadi rancangan yang mutlak dan konsisten.

Disclaimer: Cerita ini hanya bersifat pengenalan karakter dan atmosfer yang dibangun. Dialog serta beberapa narasi melibatkan AI dengan sentuhan manusia, menggunakan prompt yang detail dan orisinal dari satu adegan ke adegan lain.

Komentar