Misi Ahya dan Tresna di Sungai Ayung, Bali
Part 2: Treatment Spiritual dan Transformasi
PEMULIHAN DI MARKAS SINGADWIRYA BALI
Tiga hari setelah evakuasi dari Sungai Ayung, kondisi Ahya masih mengkhawatirkan. Meski cedera fisiknya mulai stabil, ada sesuatu yang tidak beres dengan kemampuan supernaturalnya.
Dr. Kadek, dokter markas, masuk ke ruang perawatan dengan ekspresi serius. "Mbak Ahya, hasil rontgen menunjukkan tulang rusuk kiri retak, pembengkakan di punggung bawah, dan memar parah di perut. Tapi yang mengkhawatirkan adalah..."
"Ada apa, Dok?" tanya Tresna yang tak pernah meninggalkan sisi Ahya.
"Koneksi dengan Batu Langit di selendangnya jadi tidak stabil. Kemungkinan karena trauma fisik yang parah. Kalau dibiarkan, kemampuannya bisa hilang permanen."
Ahya mencoba mengaktifkan selendangnya, tapi hanya cahaya redup yang muncul. "Ya Allah... benar-benar lemah."
Tresna: "Pasti ada solusinya, Dok."
Dr. Kadek: "Ada tabib spiritual yang ahli menangani gangguan energi Batu Langit. Namanya Bayu, dari Yogyakarta."
KENANGAN TENTANG ZAHRA
Mendengar soal tabib spiritual, Ahya teringat percakapannya dengan Zahra beberapa waktu lalu setelah pengajian mingguan di masjid dekat markas JATI.
Ahya: (mengingat) "Zahra pernah cerita tentang tabib spiritual yang hebat. Katanya dia pernah dibantu sama tabib bernama Bayu."
Tresna: "Zahra? Teman kamu yang muslimah itu?"
Ahya: "Iya. Dia bilang treatment-nya sangat efektif, tapi prosesnya... cukup menantang untuk muslimah."
Dr. Kadek: "Berarti itu orang yang sama. Mas Bayu memang spesialis gangguan energi spiritual."
KEDATANGAN BAYU
Dua hari kemudian, Bayu tiba di markas dengan membawa tas kulit berisi peralatan tradisionalnya. Pria berusia 30-an ini tampak tenang dan berwibawa.
Bayu: "Assalamu'alaikum, Mbak Ahya. Zahra sudah cerita tentang kondisi kamu."
Ahya: "Wa'alaikumussalam. Terima kasih sudah mau datang, Mas Bayu."
Bayu melakukan pemeriksaan awal dengan menyentuh beberapa titik energi di tangan dan kaki Ahya. Wajahnya menunjukkan kekhawatiran.
Bayu: "Kondisimu lebih serius dari perkiraan. Ada beberapa jalur energi yang tersumbat total. Kalau dibiarkan, kemampuanmu bisa hilang permanen."
Ahya: "Seberapa serius?"
Bayu: "Treatment internal diperlukan. Hampir sama seperti Zahra, tapi lebih intensif karena kerusakannya lebih dalam."
KEPUTUSAN SULIT
Ahya terdiam lama, mempertimbangkan pilihan yang sulit ini. Sebagai muslimah taat, dia mengerti kompleksitas situasinya.
Ahya: "Mas Bayu, dalam kondisi darurat, Islam membolehkan hal-hal yang normalnya dilarang, kan?"
Bayu: "Betul. Dan ini kondisi darurat medis. Kalau tidak ditangani, kamu bisa kehilangan kemampuan sebagai anggota JATI."
Ahya: (mantap) "Bismillah. Aku siap menjalani treatment ini. Demi kemampuanku melindungi Indonesia."
Tresna: (mendukung) "Aku akan dampingi kamu, Ahya."
TRESNA TIDAK BISA MENDAMPINGI
Sebelum treatment dimulai, Dr. Kadek meminta bicara dengan Tresna secara terpisah.
Dr. Kadek: "Mbak Tresna, aku perlu bilang sesuatu. Selama treatment spiritual nanti, kamu nggak bisa ikut masuk."
Tresna: (terkejut) "Kenapa? Aku kan rekannya!"
Dr. Kadek: "Ini bukan soal kebijakan rumah sakit. Tapi energy signature api spiritualmu bisa mengganggu proses penyembuhan Ahya."
Bayu: (menjelaskan) "Betul. Treatment ini butuh keseimbangan energi yang sangat halus. Api spiritual, meski positif, punya frekuensi yang berbeda dengan energi angin dari Batu Langit Ahya. Bisa terjadi resonansi yang justru memperparah kondisinya."
Tresna: (frustrasi) "Jadi aku cuma bisa nunggu di luar?"
Dr. Kadek: "Lagipula, kondisi fisikmu juga masih belum pulih total dari pertempuran kemarin. Kamu butuh istirahat yang benar."
Tresna: (menggeleng) "Aku nggak mau ninggalin Ahya sendirian."
Ahya: (dari tempat tidur) "Tresna, dengerin dokter. Aku akan baik-baik saja. Yang penting kamu juga jaga kesehatan."
Dengan berat hati, Tresna akhirnya menunggu di luar ruang treatment. Dia duduk di kursi koridor, gelisah dan khawatir selama proses berlangsung.
TREATMENT SPIRITUAL
Treatment spiritual berlangsung selama hampir 4 jam. Bayu melakukan penyembuhan holistik yang melibatkan teknik tradisional, ramuan herbal, dan manipulasi energi Batu Langit.
Proses ini sangat intensif dan personal, memerlukan akses penuh ke jalur energi internal Ahya untuk memperbaiki kerusakan yang disebabkan trauma fisik dan spiritual dari pertempuran di Sungai Ayung.
Selama treatment, terdengar suara Ahya yang sesekali merintih kesakitan, tapi juga relief saat energi penyembuhan mulai bekerja. Tresna yang menunggu di luar semakin khawatir mendengar suara-suara tersebut.
Tresna: (berbisik pada diri sendiri) "Ya Tuhan, semoga Ahya baik-baik saja..."
HASIL TREATMENT
Setelah proses selesai, Bayu keluar dengan wajah lelah tapi puas.
Bayu: (kepada Tresna) "Alhamdulillah, treatment berhasil. Ahya butuh istirahat sebentar, tapi kondisinya sudah jauh membaik."
Tresna: (lega) "Beneran? Kemampuannya pulih?"
Bayu: "Tidak hanya pulih, tapi bahkan lebih kuat dari sebelumnya. Treatment internal memang tidak hanya menyembuhkan, tapi juga memperkuat koneksi spiritual."
PERTEMUAN SINGKAT SETELAH TREATMENT
Ketika Ahya keluar dari ruang treatment, Tresna langsung melihat perubahan luar biasa pada sahabatnya. Aura Ahya terlihat jauh lebih bersinar, dan langkahnya yang tadinya lemah kini terlihat penuh energi.
Tresna: (berlari menghampiri, mata berkaca-kaca) "Ahya! Kamu... kamu baik-baik saja?"
Ahya: (tersenyum lembut, suara masih agak lemah tapi bersinar) "Alhamdulillah... aku merasa jauh lebih baik, Tresna."
Tresna: (memegang tangan Ahya dengan gemetar) "Aku dengerin suara kamu dari luar... aku takut... aku takut banget..."
Ahya: (menggenggam tangan Tresna) "Maafin aku bikin kamu khawatir. Tapi lihat..."
Ahya mengangkat tangan kanannya dan selendang hijau zamrudnya mulai berkilau dengan cahaya yang jauh lebih terang dari sebelumnya.
Ahya: "Kemampuanku... bahkan lebih kuat dari sebelum cedera."
Tresna: (air mata mulai mengalir) "Ya Tuhan... aku hampir kehilangan kamu... aku hampir..."
Ahya: (memeluk Tresna) "Ssshh... aku di sini. Aku nggak kemana-mana."
Bayu: (memotong dengan lembut) "Maaf mengganggu momen kalian, tapi Ahya perlu istirahat total sekarang. Proses treatment baru selesai, tubuhnya butuh waktu untuk menyesuaikan dengan energi baru."
Tresna: (menghapus air mata) "Berapa lama dia harus istirahat?"
Bayu: "Sebaiknya Ahya tidur sendiri di kamarnya sampai besok pagi. Pemulihan akan lebih maksimal kalau dia benar-benar tenang dan nggak ada gangguan energi dari luar."
Ahya: (kepada Tresna) "Tresna, aku tau kamu khawatir, tapi..."
Tresna: (memotong, tersenyum meski mata masih basah) "Nggak apa-apa, Ahya. Yang penting kamu sembuh. Aku bisa tunggu sampai besok."
Ahya: "Terima kasih sudah... sudah nggak pernah ninggalin aku."
Tresna: "Nggak akan pernah. Sekarang istirahat yang bener ya. Besok kita ngobrol panjang."
Mereka berpelukan sebentar, dan Tresna merasakan energi yang jauh berbeda dari tubuh Ahya - lebih hangat, lebih kuat, lebih hidup.
Ahya: (berbisik) "Sampai besok, sahabatku."
Tresna: (berbisik balik) "Sampai besok. Mimpi yang indah."
EPILOG - EMOSI MENDALAM TRESNA
Keesokan harinya, Ahya bertemu Tresna di teras markas. Saat melihat Ahya berjalan dengan langkah normal dan aura yang bersinar, emosi Tresna yang sudah ditahan selama berhari-hari akhirnya meluap.
Tresna: (mata berkaca-kaca) "Ahya... kamu benar-benar... sembuh."
Ahya: (terkejut melihat reaksi Tresna) "Tresna? Kamu kenapa?"
Tresna: (suara bergetar) "Aku... aku sempat pikir aku akan kehilangan sahabat terbaikku. Waktu kamu jatuh di Sungai Ayung itu... waktu kamu nggak bisa gerak... aku bener-bener takut."
Tresna duduk dan menutupi wajahnya dengan tangan. Air mata yang selama ini ditahannya mulai mengalir.
Tresna: "Tiga hari pertama setelah misi, kamu hampir nggak sadar. Aku duduk di samping tempat tidurmu, ngeliat monitor jantung naik turun, dan aku cuma bisa berdoa ke Ida Sang Hyang Widhi supaya kamu nggak diambil dari aku."
Ahya: (terharu, menghampiri Tresna) "Tresna..."
Tresna: (mengangkat kepala, mata merah) "Kemudian kemampuanmu mulai hilang. Selendang hijau zamrudmu yang biasanya bersinar, jadi redup. Aku ngeliat kamu mencoba mengaktifkannya berkali-kali tapi nggak bisa. Dan aku... aku merasa nggak berguna."
Ahya: "Kenapa merasa nggak berguna?"
Tresna: "Karena dengan kemampuan api spiritualku, aku nggak bisa bantu kamu sama sekali! Malah energy signature-ku justru bisa ganggu proses penyembuhanmu. Aku cuma bisa duduk di luar ruangan, dengerin suara kamu yang... yang kesakitan selama treatment."
Air mata Tresna mengalir deras. Ahya langsung memeluk sahabatnya.
Ahya: "Tresna, kamu sudah melakukan lebih dari cukup. Kalau bukan karena kamu yang lindungi aku waktu itu, aku sudah mati."
Tresna: (dalam pelukan Ahya) "Tapi aku yang bikin kamu terluka. Aku yang terlalu percaya diri, aku yang nggak dengerin firasat burukmu."
Ahya: "Dan aku yang sudah memaafkan semua itu. Yang penting sekarang kita berdua sehat dan kuat."
MOMEN HEALING EMOSIONAL
Mereka berdua duduk dalam keheningan sejenak, menikmati angin sore Bali. Tresna mulai tenang.
Tresna: (menghapus air mata) "Sekarang ceritain dong, treatment kemarin gimana? Aku dengerin suara kamu dari luar, tapi nggak tau apa yang terjadi."
Ahya: (sedikit tersipu) "Ya... hampir sama seperti yang diceritakan Zahra. Tapi lebih intensif karena cederaku cukup parah."
Tresna: (kembali ke sifat jahilnya, meski masih mata sembab) "Intensif gimana? Aku penasaran banget tapi kemarin nggak bisa masuk."
Ahya: "Kondisi fisik yang diperlukan lebih... total dari Zahra. Semua pakaian harus dilepas, termasuk hijab, karena trauma internal yang aku alami menyebar ke seluruh tubuh."
Tresna: (mata melebar, kemudian menyeringai) "Wah... berarti kamu lebih berani dari yang kukira. Muslimah Aceh yang alim tapi ternyata pemberani banget."
Ahya: (memprotes sambil tersenyum) "Tresna!"
Tresna: (kembali ceria tapi masih ada sisa keharuan) "Tapi serius, aku bangga sama keberanianmu. Dan hasilnya memang luar biasa. Aura kamu sekarang kayak... berkali-kali lipat lebih kuat dari sebelum cedera."
Ahya: "Alhamdulillah. Selendangku sekarang responnya jauh lebih baik. Dan aku bisa terbang dengan kecepatan yang nggak pernah kubayangkan sebelumnya. Aku sekarang lebih paham kenapa Zahra bilang pengalaman ini mengubah segalanya."
UNGKAPAN KEBANGGAAN DAN SALING MENGGODA
Tresna: (dengan nada sedikit sombong, tapi masih ada jejak keharuan) "Kamu tau nggak? Aku sebenarnya nggak perlu treatment segituan."
Ahya: "Maksudnya?"
Tresna: "Kalau aku cedera atau kemampuanku menurun, aku cukup meditasi atau yoga di pura sambil mengenakan zirah api. Aku bisa manipulasi api dari zirah untuk treatment sendiri. Panas dari api spiritual bisa menyembuhkan trauma internal tanpa perlu bantuan orang lain."
Ahya: "Serius?"
Tresna: (bangga, tapi masih ada sedikit sisa emosi) "Serius! Kemarin-kemarin, saat kamu lagi treatment, aku sempat latihan keras buat ngilangin stress. Otot-ototku sampai rusak, terus aku meditasi di Pura Besakih sambil nyalain api spiritual dari zirah. Dalam hitungan jam, semua trauma langsung sembuh."
Ahya: "Wah, enak banget ya punya kemampuan api. Bisa treatment sendiri."
Tresna: (menyeringai, karakteristik jahilnya kembali muncul) "Nah itu dia! Aku nggak perlu kondisi... ehm... terbuka seperti kamu. Cukup pakai baju yoga atau baju training biasa, terus duduk meditasi di pura. Api spiritual langsung bekerja dari dalam."
Tresna: (melanjutkan dengan nada menggoda, tapi masih ada kehangatan emosional) "Jadi aku nggak perlu pengalaman... ehm... 'spiritual awakening' yang sekompleks pengalamanmu kemarin."
Ahya: (tertawa, merasa lega melihat Tresna kembali normal) "Kamu ini... Tapi ya sudahlah, yang penting kita berdua sekarang dalam kondisi prima."
Tresna: "Betul! Dan kamu harus akuin, pengalaman kemarin pasti... memorable banget kan?"
Ahya: (melempar bantal kecil) "Tresna!"
Tresna: (tertawa, air mata terakhir mengering) "Hahaha, oke oke, aku berhenti nggodain. Tapi serius, aku bangga sama keputusan dan keberanianmu. Dan... terima kasih sudah nggak ninggalin aku."
REFLEKSI TENTANG PERBEDAAN KEMAMPUAN
Mendengar penjelasan Tresna tentang kemampuannya menyembuhkan diri sendiri, Ahya merasakan campuran perasaan.
Ahya: "Kamu beruntung punya kemampuan api yang bisa dimanipulasi untuk penyembuhan sendiri. Aku harus... ya begitulah, menjalani proses yang cukup... kompleks."
Tresna: (menjadi serius) "Tapi ingat, Ahya. Setiap elemen punya karakteristik berbeda. Api memang bisa untuk penyembuhan mandiri, tapi elemen lain punya kelebihan masing-masing. Kemampuan terbangmu jauh lebih lincah dari apapun yang bisa kulakukan."
Ahya: "Mungkin memang begitu takdir masing-masing elemen. Yang penting, kita berdua sekarang siap menghadapi ancaman Empat Naga dengan kemampuan maksimal."
Tresna: "Tepat sekali! Dan pengalaman kemarin pasti bikin kamu lebih kuat secara mental juga. Kan udah melewati tantangan yang... ehm... sangat personal."
Ahya: (tertawa sambil menggeleng) "Kamu nggak akan berhenti nggodain aku soal ini ya?"
Tresna: "Hehehe, mungkin sesekali. Tapi aku serius, aku bangga punya rekan seperti kamu. Muslimah Aceh yang pemberani dan nggak mudah menyerah."
PAMITAN KE ACEH
Saat waktu kepulangan tiba, mereka berdua berpelukan hangat.
Tresna: "Hati-hati di Aceh, Ahya. Kalau ada apa-apa, langsung kontak aku."
Ahya: "Kamu juga hati-hati di Bali. Jangan terlalu sombong dengan kemampuan treatment mandirimu."
Tresna: (tertawa) "Hahaha, mudah-mudahan. Oh iya, kalau suatu saat kamu pengen treatment ringan, boleh coba metodeku. Aku bisa ajarin yoga api di pura."
Ahya: "Boleh juga tuh. Tapi yang penting, kalau ada misi berbahaya lagi, kita harus lebih hati-hati."
Tresna: "Sepakat. Nggak ada lagi yang namanya meremehkan intelijen."
Ahya: "Dan nggak ada lagi yang namanya mengabaikan firasat buruk."
Tresna: "Deal. Partners selalu percaya insting masing-masing."
PESAN TERAKHIR
Sebelum berpisah, mereka saling memberikan pesan yang bermakna.
Ahya: "Tresna, terima kasih untuk semuanya. Kamu bukan cuma rekan terbaik, tapi juga sahabat sejati. Tanpa kamu, aku mungkin sudah tidak ada."
Tresna: (terharu) "Ahya, kamu juga mengajarkanku arti persahabatan yang sesungguhnya. Kamu menunjukkan bahwa keberanian itu bukan soal nggak takut, tapi soal tetap maju meski takut."
Ahya: "Insya Allah kita akan bertemu lagi dalam misi yang lebih baik."
Tresna: "Pasti. Dan saat itu, kita akan jadi tim yang tak terkalahkan."
PERSIAPAN MASA DEPAN
Sebelum benar-benar berpisah, Ahya dan Tresna mendiskusikan rencana kerjasama mereka di masa depan.
Ahya: "Tresna, setelah pengalaman ini, aku pikir kita harus sering latihan bersama. Kemampuan kita yang berbeda justru bisa saling melengkapi."
Tresna: "Setuju banget! Kemampuan terbangmu yang sekarang lebih kuat, dikombinasi dengan api spiritualku, pasti jadi kombinasi yang mematikan buat Empat Naga."
Ahya: "Dan dengan kemampuan penyembuhan mandirimu, kita nggak perlu khawatir kalau salah satu dari kita cedera ringan di medan tempur."
Tresna: "Nah itu dia! Aku bisa jadi medis dadakan. Tapi kalau cederanya parah seperti yang kamu alami kemarin..."
Ahya: (tertawa) "Ya sudah, kita panggil Bayu lagi. Meskipun prosesnya... ehm... menantang."
JANJI UNTUK MASA DEPAN
Tresna: "Ahya, aku mau kamu janji sesuatu."
Ahya: "Apa?"
Tresna: "Kalau ada misi berbahaya lagi, jangan coba-coba jadi hero sendirian. Langsung hubungi aku."
Ahya: "Kamu juga harus janji hal yang sama. Jangan karena merasa bisa self-healing terus jadi sembrono."
Tresna: "Deal. Dan satu lagi..."
Ahya: "Apa lagi?"
Tresna: (serius) "Kalau suatu saat kamu butuh teman curhat tentang... pengalaman spiritual yang... unik tadi, aku siap dengerin. No judgment."
Ahya: (terharu) "Terima kasih, Tresna. Itu berarti banyak bagiku."
PESAN UNTUK ZAHRA
Ahya: "Oh iya, tolong sampaikan terima kasih ke Zahra kalau ketemu dia."
Tresna: "Zahra memang tinggal di Bali juga?"
Ahya: "Nggak, dia sering bolak-balik. Tapi kalau kamu ketemu, bilang kalau rekomendasinya sangat membantu. Treatment Bayu benar-benar mengubah hidupku."
Tresna: "Pasti. Dan aku juga mau kenalan sama dia. Sesama pengguna Batu Langit kan harus saling kenal."
MOTIVASI UNTUK MISI SELANJUTNYA
Ahya: "Sekarang dengan kemampuan kita yang lebih kuat, kita harus lebih siap menghadapi Empat Naga."
Tresna: "Betul. Mereka pasti nggak menyangka kalau kita balik dengan kekuatan yang berlipat ganda."
Ahya: "Dan yang paling penting, persahabatan kita sudah teruji dalam situasi tersulit. Nggak ada yang bisa memisahkan kita."
Tresna: "Persahabatan lintas budaya dan agama yang kuat. Orang Aceh dan orang Bali, Islam dan Hindu, tapi satu tujuan."
Ahya: "Itulah indahnya Indonesia. Bhineka Tunggal Ika."
Tresna: "Dan kita adalah perwujudan dari semangat itu dalam JATI."
PESAN TERAKHIR DI BANDARA
Di bandara Ngurah Rai, saat Ahya akan terbang kembali ke Aceh, mereka berdua berpelukan erat.
Ahya: "Tresna, aku nggak akan pernah lupa pengorbananmu waktu di Sungai Ayung. Kamu rela mempertaruhkan nyawa untuk melindungiku."
Tresna: "Dan aku nggak akan pernah lupa keberanianmu menjalani treatment yang... challenging itu demi kemampuanmu sebagai anggota JATI."
Ahya: "Kita sudah melewati yang tersulit. Sekarang saatnya kembali melindungi Indonesia dengan kekuatan penuh."
Tresna: "Sampai jumpa di misi selanjutnya, sister."
Ahya: "Sampai jumpa, sahabat terbaikku."
Saat pesawat Ahya mengudara, Tresna melambaikan tangan dari jendela terminal. Matahari sore Bali menyinari mereka berdua dengan cahaya emas, seolah memberkati persahabatan yang telah melalui ujian api.
REFLEKSI TERAKHIR
Dalam hati, masing-masing dari mereka merenungkan perjalanan yang telah dilalui.
Ahya (dalam pesawat): "Ya Allah, terima kasih telah memberikan sahabat seperti Tresna. Dia menunjukkan bahwa persahabatan sejati tidak mengenal batas agama dan budaya. Dengan kemampuan baruku ini, aku siap melindungi tanah air dengan lebih baik."
Tresna (di bandara): "Ida Sang Hyang Widhi, terima kasih telah mempertemukan aku dengan Ahya. Dia mengajarkan arti keberanian dan pengorbanan yang sesungguhnya. Dengan kemampuan penyembuhan mandiriku, aku akan selalu siap mendukung teman-teman JATI."
PENUTUP PART 2
Misi Sungai Ayung telah berakhir dengan transformasi luar biasa. Apa yang dimulai sebagai operasi sederhana telah berkembang menjadi perjalanan spiritual dan persahabatan yang mengubah hidup.
Transformasi Personal
Ahya: Dari muslimah yang berhati-hati menjadi pejuang yang berani mengambil risiko tertinggi untuk kebaikan yang lebih besar
Tresna: Dari gadis Bali yang terlalu percaya diri menjadi sahabat yang bijaksana, setia, dan menghargai kehati-hatian
Peningkatan Kemampuan
Ahya: Kemampuan terbang meningkat drastis, koneksi Batu Langit menguat berlipat ganda, tubuh lebih responsif terhadap energi spiritual
Tresna: Kemampuan penyembuhan mandiri terungkap dengan teknik meditasi api spiritual di pura, zirah api bisa digunakan untuk regenerasi
Ikatan Persahabatan
Teruji dalam pertempuran hidup mati di Sungai Ayung, saling mendukung dalam keputusan-keputusan sulit dan menantang, komitmen jangka panjang untuk saling melindungi dan berkembang bersama, menjadi simbol persatuan Indonesia dalam keberagaman.
Persiapan Masa Depan
Strategi kerjasama yang lebih matang dan terencana, pemahaman mendalam tentang kekuatan dan keterbatasan masing-masing, kesiapan menghadapi ancaman Empat Naga dengan kombinasi kemampuan yang complementer, visi untuk membantu anggota JATI lainnya dengan pengalaman yang telah diperoleh.
Kisah Ahya dan Tresna di Sungai Ayung Bali telah menjadi legenda dalam sejarah JATI - dua gadis dari ujung Indonesia yang berbeda yang bersatu dalam satu tujuan mulia: melindungi tanah air tercinta dari ancaman Empat Naga. Persahabatan mereka akan terus menginspirasi generasi pejuang JATI selanjutnya, membuktikan bahwa dalam keberagaman terletak kekuatan sejati Indonesia.
--- Tamat Part 2 ---
Komentar
Posting Komentar