Menurunnya Kualitas Marvel Studios dan Kritik yang Makin Pedas untuk Film Superhero Hollywood

Hak cipta: Marvel Studios


Sudah cukup lama rasanya kita sempat bergembira dengan banyaknya film-film superhero Hollywood adaptasi komik Marvel, DC, dan lain sebagainya di bioskop. Tren itu sudah dimulai sejak Marvel mempercayakan rumah produksi film Marvel Studios untuk mengembangkan waralaba atau seri film Marvel Cinematic Universe.

Film-film dari karakter Iron Man, Hulk, Thor, Captain America, Ant-Man, Doctor Strange, Guardians of the Galaxy memang terbilang sukses di mata para penggemarnya. Terlebih, Marvel Studios secara berani, berhasil menampilkan film The Avenngers dan sekuel-sekuelnya yang menggabungkan karakter-karakter tersebut ke dalam satu layar.

Marvel Studios juga dipuji penggemar sejak merilis film-film Spider-Man versi mereka yang dikembangkan oleh rumah produksi Sony Pictures yang selama ini menjadi pemilik sah adaptasi film si manusia laba-laba itu.

Sayangnya, seiring waktu berjalan, terutama setelah merilis mahakarya berjudul Avengers: Endgame, Marvel Studios dinilai makin melempem dalam menghidupkan beberapa karakter milik mereka tersebut. 

Hak cipta: Marvel Studios via IMDb


Film-film maupun serial Marvel Studios di platform Disney Plus pun banyak yang menuai kritik pedas dari pengamat maupun penggemar mereka sendiri. Bahkan, banyak fans yang menganggap film-film yang kurang memuaskan seperti Iron Man 2, Thor: The Dark World, Captain Marvel, maupun Avengers: Age of Ultron, jadi lebih bagus gara-gara kehadiran sejumlah film pasca-Avengers Endgame.

Sebut saja Thor: Love and Thunder, Eternals, Ant-Man and the Wasp: Quantumania, bahkan hingga The Marvels dianggap sebagai deretan karya gagal Marvel Studios. Bahkan, film-film lain seperti Black Widow, Doctor Strange in the Multiverse of Madness, atau Black Panther: Wakanda Forever pun menimbulkan perpecahan di kalangan penggemar Marvel.

Hal-hal yang dianggap oleh beberapa penggemar sebagai kekurangan dari film-film di atas, mencakup unsur humor yang terlalu berlebihan, alur cerita yang tumpang tindih, konsep yang menyimpang jauh dari film-film sebelumnya, hingga klimaks yang tak berhasil membuat penonton terkesan.

Dari sisi serial, sebenarnya Marvel Studios sudah sukses dengan membuat inovasi melalui serial WandaVision, Ms. Marvel, Moon Knight, dan Loki. Sayangnya, serial lainnya dianggap kurang menggigit di mata fans. Bahkan pengamat dan fans sepakat serial Secret Invasion sebagai serial gagal yang pernah diproduksi oleh Marvel Studios, melihat rendahnya nilai yang diberikan.

Hak cipta: Disney+/Marvel Studios via IMDb


Polemik menurunnya daya Marvel Studios dalam mempertahankan kualitas karya mereka secara stabil juga diwarnai oleh dibuangnya serial-serial di platform lain dari jagat sinema Marvel Studios. Padahal, serial-serial tersebut mendapat sambutan dari para penggemar. Misalnya saja Daredevil, Jessica Jones, dan Punisher di Netflix; Runaways di Hulu; serta Cloak & Dagger di Freeform.

Alhasil, ketika Marvel Studios mengumumkan sedang menggarap serial Daredevil: Born Again (cameo di She-Hulk), Echo (karakter di Hawkeye), Agatha: Darkhold Diaries (karakter di WandaVision), hingga Ironheart (karakter di film Wakanda Forever), fans pun jadi harap-harap cemas untuk menontonnya.

Bahkan, rencana Marvel Studios untuk membuat film-film terbaru mereka, yakni Blade, Captain America: Brave New World, Fantastic Four, Thunderbolts, hingga Avengers 5 dan Avengers: Secret Wars, masih disambut dingin oleh sebagian fans mereka.

Menurunnya antusiasme fans Marvel Studios ini rupanya cukup berpengaruh juga pada waralaba tetangga, DC Extended Universe (DCEU). Jagat sinema film-film superhero adaptasi karakter DC Comics seperti Superman, Batman, Wonder Woman, Aquaman, The Flash, dan lain sebagainya itu jadi mendapat sorotan tajam pecinta film superhero.

DCEU dianggap gagal menyajikan karya-karya monumental lantaran lebih banyak film yang mendapat kritik pedas ketimbang yang banjir pujian. Film-film sekuel Wonder Woman, Shazam!, dan Aquaman maupun rilisan terbaru seperti Black Adam dan The Flash, menuai nilai buruk dari para pengamat serta membuat penggemarnya terpecah dalam hal kualitas.

Alhasil, ketika waralaba baru bertema DC Universe (DCU) diumumkan, fans pun jadi tak antusias lagi. Bahkan, mereka takut atmosfer film superhero DC bakal dibuat lebih banyak humor lantaran yang sedang menjadi pimpinan adalah James Gunn, sineas yang menyutradari film-film Guardians of the Galaxy besutan Marvel Studios.

Hak cipta: Marvel Studios via IMDb


Di luar itu semua, tentunya kita berharap agar ke depannya Marvel Studios maupun DC bisa sukses menyajikan kembali mahakarya yang tak terlupakan seperti yang sudah diraih oleh The Avengers, Avengers Endgame, serta beberapa film superhero solo DC.

Tentu saja kita sebagai warga Indonesia pun berharap ada sejumlah karya kreator dan sineas Tanah Air yang mampu menyajikan film-film superhero berkualitas hingga mendapat sorotan dunia. Mengingat, beberapa film di jagat Bumilangit, Satria Dewa, hingga Skylar dinilai banyak pihak masih perlu dibenahi agar bisa menyaingi waralaba film-film superhero besutan Hollywood.

Semoga saja ke depannya akan ada lebih banyak lagi mahakarya film superhero yang lebih memuaskan para penggemar masing-masing maupun para penonton secara luas, ya.

Komentar